Mungkin karya pria ini tak sekolosal Taj Mahal.
Monumen yang dibangun atas perintah Kaisar Mughal Shah Jahan untuk istri
tercinta, Mumtaz Mahal. Tapi, apa yang dia lakukan ini sungguh luar biasa.
Bapurao Tajne. Demikian pria asal Kalambeshwar,
Distrik Washim, Nagpur, India, yang melakukan pekerjaan “ besar” itu. Dia baru
saja membuat sumur, setelah sang istri, Sangita, mendapat hinaan saat meminta
air kepada keluarga kaya raya di kampungnya.
Tajne merupakan seorang Dalit –kasta terendah.
Pekerjaannya hanya buruh rendahan yang miskin. Seperti keluarga papa lain yang
tak kuat membuat sumur, Tajne dan istrinya selalu minta air kepada orang kaya.
Kasta di atasnya.
Dan hari itu, pada Maret silam, sang istri minta
izin ke pemilik sumur, dari keluarga kaya raya. Namun, ditolak. Bahkan istri
Tajne mendapat hinaan.
“ Aku tak mau menyebut pemilik sumur itu.
Bagaimanapun aku merasa dia melecehkan kami karena kami miskin dan Dalit,”
tutur Tajne,
Hancur. Itulah perasaan Tajne. Dia benar-benar
merasa terhina. Hati kecilnya meraung, tak terima diperlakukan seperti itu. “
Aku pulang hari itu, di bulan Maret, dan hampir menangis.”
“ Aku memutuskan tak akan pernah lagi mengemis
air kepada siapapun,” tambah dia. Tak mau lama-lama meratap, Tajne segera pergi
ke kota terdekat, Malegaon, untuk membeli peralatan untuk menggali sumur.
Sebelumnya, Tajne tak pernah mengali sumur.
Sebuah pekerjaan berat, yang biasanya dilakukan oleh 4 hingga 5 orang. Namun,
tekadnya sudah mengeras. Bisa jadi lebih keras dari cadas dan bebatuan yang
akan dia gali.
Tangan Tajne mulai menggali. Sedikit demi
sedikit. Semua dia kerjakan sendirian. Tak ada satupun orang membantu. Bahkan,
semua orang menganggapnya sudah gila.
Ya, semua orang menilai Tajne melakukan pekerjaan
sia-sia. Tak pernah ada orang yang berhasil menemukan air di wilayah itu,
karena lahannya berbatu.
Sudah ada tiga sumur galian dan satu sumur bor.
Hasilnya nihil. Lubang itu hanya mengaga, tanpa ada air di dalamnya. Sehingga
wajar saja warga sekitar menganggap Tajne sudah gila.
Penduduk desa terang-terangan mengejeknya. Tapi Tajne terus menggali dan
menggali. Saat pagi sebelum berangkat kerja, dia habiskan 4 jam untuk menggali.
Selain itu, 2 jam setelah pulang kerja.
Dengan proyek menggali sumur ini, dia bekerja 14 jam dalam sehari. Itu dia
lakukan selama 40 hari, tanpa terputus. “ Sulit untuk menjelaskan apa yang aku
rasakan saat itu.”
“ Aku hanya ingin memberikan air kepada semua penduduk, sehingga kami para
Dalit tidak mengemis air dari kasta lain,” tambah dia.
Alat yang dia pakai sangat sederhana. Sudah begitu tak ada pengetahuan
tentang hidrologi. Yang ada hanya semangat dan otot saja. Ditambah insting.
Gali dan gali, tanpa henti.
Dan upaya itu akhirnya tak sia-sia. Sumur yang dia gali itu menyemburkan
air. “ Aku berdoa kepada Tuhan sebelum mulai menggali. Aku sangat bersyukur
upayaku dikabulkan,” tutur Tajne
Kini, warga yang sebelumnya mencibir Tajne berbondong ke sumur itu. Mereka
mengambil air hasil keringat Tajne yang mereka olok-olok tanpa ampun. Kini,
para Dalit itu tak lagi bergantung pada air sumur milik keluarga
kaya.
Sumur yang digali Tajne itu memiliki kedalaman 4,5 meter. Tajne ingin
menggali 1,5 meter lagi agar lebih dalam agar sumur dengan lebar 2 meter itu
bisa menampung air lebih banyak.
“ Kami berharap tetangga kami akan membantu kami untuk memperdalam sumur
ini,” tutur Sangita.
Jaishree, salah seorang tetangga, mengapresiasi upaya Tajne yang pantang
menyerah itu. “ Terimakasih Tajne, kami bisa memperoleh air sepanjang waktu.”
“ Sebelumnya, kami harus berjalan satu kilometer ke daerah lain dan
terkadang dilecehkan,” tambah Jaishree.