Senin, 20 Februari 2017

(VIDEO) HEBOH! Bukti Keajaiban ALLAH Saat Pemeriksaan Habib Rizieq




Senin 23 Januari 2017 yang lalau, Iman Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab diperiksa Polda Metro jaya terkait kasus pernyataan lambang palu arit di uang baru rupiah.

Ribuan Umat Islam turut hadir dalam mengawal dan mendukung Habib Rizeiq.
Salah seorang yang hadir, Andich Chandra menuturkan betapa ada campur tangan Allah SWT saat pemeriksaan Habib Rizieq di Polda Metro Jaya ini.

Melalui akun facebooknya, Andich Chandra menshare video yang dia rekam dari TKP:

"Suasana di luar Mapolda Metro Jaya, 10.50 WIB.

video ini membuktikan adanya campur tangan kekuasaan Allah dalam mengawal Habieb Riziek hari ini.
Suasana panas terik matahari pagi yang menyengat langsung redup saat Orator di mobil komando meminta dan berdoa kepada Allah SWT agar di berikan awan pelindung peserta aksi bela Habieb....

Percaya dan tidak percaya saya kebetulan berada langsung di TKP,"

kata Andich Chandra.

Dihina Karena Miskin, Pria Ini Buat Keajaiban




Mungkin karya pria ini tak sekolosal Taj Mahal. Monumen yang dibangun atas perintah Kaisar Mughal Shah Jahan untuk istri tercinta, Mumtaz Mahal. Tapi, apa yang dia lakukan ini sungguh luar biasa.
Bapurao Tajne. Demikian pria asal Kalambeshwar, Distrik Washim, Nagpur, India, yang melakukan pekerjaan “ besar” itu. Dia baru saja membuat sumur, setelah sang istri, Sangita, mendapat hinaan saat meminta air kepada keluarga kaya raya di kampungnya.

Tajne merupakan seorang Dalit –kasta terendah. Pekerjaannya hanya buruh rendahan yang miskin. Seperti keluarga papa lain yang tak kuat membuat sumur, Tajne dan istrinya selalu minta air kepada orang kaya. Kasta di atasnya.
Dan hari itu, pada Maret silam, sang istri minta izin ke pemilik sumur, dari keluarga kaya raya. Namun, ditolak. Bahkan istri Tajne mendapat hinaan.

“ Aku tak mau menyebut pemilik sumur itu. Bagaimanapun aku merasa dia melecehkan kami karena kami miskin dan Dalit,” tutur Tajne,
Hancur. Itulah perasaan Tajne. Dia benar-benar merasa terhina. Hati kecilnya meraung, tak terima diperlakukan seperti itu. “ Aku pulang hari itu, di bulan Maret, dan hampir menangis.”
“ Aku memutuskan tak akan pernah lagi mengemis air kepada siapapun,” tambah dia. Tak mau lama-lama meratap, Tajne segera pergi ke kota terdekat, Malegaon, untuk membeli peralatan untuk menggali sumur.
Sebelumnya, Tajne tak pernah mengali sumur. Sebuah pekerjaan berat, yang biasanya dilakukan oleh 4 hingga 5 orang. Namun, tekadnya sudah mengeras. Bisa jadi lebih keras dari cadas dan bebatuan yang akan dia gali.

Tangan Tajne mulai menggali. Sedikit demi sedikit. Semua dia kerjakan sendirian. Tak ada satupun orang membantu. Bahkan, semua orang menganggapnya sudah gila.
Ya, semua orang menilai Tajne melakukan pekerjaan sia-sia. Tak pernah ada orang yang berhasil menemukan air di wilayah itu, karena lahannya berbatu.
Sudah ada tiga sumur galian dan satu sumur bor. Hasilnya nihil. Lubang itu hanya mengaga, tanpa ada air di dalamnya. Sehingga wajar saja warga sekitar menganggap Tajne sudah gila.
Penduduk desa terang-terangan mengejeknya. Tapi Tajne terus menggali dan menggali. Saat pagi sebelum berangkat kerja, dia habiskan 4 jam untuk menggali. Selain itu, 2 jam setelah pulang kerja.
Dengan proyek menggali sumur ini, dia bekerja 14 jam dalam sehari. Itu dia lakukan selama 40 hari, tanpa terputus. “ Sulit untuk menjelaskan apa yang aku rasakan saat itu.”
“ Aku hanya ingin memberikan air kepada semua penduduk, sehingga kami para Dalit tidak mengemis air dari kasta lain,” tambah dia.

Alat yang dia pakai sangat sederhana. Sudah begitu tak ada pengetahuan tentang hidrologi. Yang ada hanya semangat dan otot saja. Ditambah insting. Gali dan gali, tanpa henti.
Dan upaya itu akhirnya tak sia-sia. Sumur yang dia gali itu menyemburkan air. “ Aku berdoa kepada Tuhan sebelum mulai menggali. Aku sangat bersyukur upayaku dikabulkan,” tutur Tajne
Kini, warga yang sebelumnya mencibir Tajne berbondong ke sumur itu. Mereka mengambil air hasil keringat Tajne yang mereka olok-olok tanpa ampun. Kini, para Dalit itu tak lagi bergantung pada air sumur milik keluarga kaya.

Sumur yang digali Tajne itu memiliki kedalaman 4,5 meter. Tajne ingin menggali 1,5 meter lagi agar lebih dalam agar sumur dengan lebar 2 meter itu bisa menampung air lebih banyak.
“ Kami berharap tetangga kami akan membantu kami untuk memperdalam sumur ini,” tutur Sangita.
Jaishree, salah seorang tetangga, mengapresiasi upaya Tajne yang pantang menyerah itu. “ Terimakasih Tajne, kami bisa memperoleh air sepanjang waktu.”
“ Sebelumnya, kami harus berjalan satu kilometer ke daerah lain dan terkadang dilecehkan,” tambah Jaishree.

Luar Biasa Keajaiban yang Didapat Nenek Ini, Ternyata ini Yang dilakukannya!!!





Menjadi Tua identik dengan pikun dan tak berdaya. Tak mampu melakukan hal apapun dan cenderung sakit-sakitan. Namun hal tersebut tersebut tak berlaku untuk Hajah Che Dah. Di usianya yang menginjak 96 tahun, Che Dah masih segar bugar. Apa rahasianya?
Adalah Che Dah Ibrahim, akrab dipanggil Hajah Che Dah, 96, nenek asal Malaysia ini masih terbilang sehat. Meski tongkat setia menemani langkahnya, namun ia masih mampu mengerjakan pekerjaan laiknya pemuda-pemudi di usianya.
Nenek asal Kampung Batu 6 Bukit Bertam, Malaysia—yang usianya hampir mencapai seabad ini—masih mampu menganyam tikar untuk mengisi waktu luang. Yang lebih hebatnya lagi, Che Dah rajin membaca Al Quran. Bahkan, ia seringkali khatam Quran dalam waktu satu minggu.
“Di waktu luang, saya suka menghabiskan waktu dengan membaca Alquran. Bisa dikatakan setiap minggu saya khatam Alquran,” kata Che Dah, sebagaimana dikutip  dari laman Harian Metro, Kamis 2 Februari 2017.
Kebiasaan membaca Alqurannya itu membuat penglihatan Che Dah masih jelas. “Saya pakai cermin mata tapi jarang-jarang, ada kalanya ketika baca Alquran saja. Malah, saya kenal setiap gambar yang dipaparkan, khususnya tokoh-tokoh politik,” kata nenek dengan delapan anak serta 62 cucu dan 83 cicit ini.
Che Dah masih kuat dan mampu melakukan pekerjaaan seperti biasanya, ia bahkan tak mengidap penyakit-penyakit serius. Atas kondisinya itu, Che Dah sangat bersyukur.
Kondisi Che Dah ini dikagumi banyak tetangga dan masyarakat di sekitaran kampungnya, rumahnya kerap kali dikunjungi oleh banyak orang meski hanya sekadar silaturahim.
“Saya bersyukur karena usia hampir mencapai 100 tahun, malah saya berharap terus dipanjangkan umur,” harap dia.

Minggu, 19 Februari 2017

7 Cobaan ini Yang Membuat Kamu Perantau Sejati!!





Kebanyakan orang menganggap anak rantau itu identik dengan pribadi yang berkarakter kuat. Tak heran orang sering berdecak kagum saat tahu kamu salah satu dari orang-orang yang tinggal jauh dari keluarga dan kampung halaman. Apalagi beberapa orang ada yang berpikiran hidup jauh dari keluarga memberi kebebasan sepenuhnya. Kamu tak terikat dengan peraturan yang ada di rumah, buatmu bisa melakukan apapun yang dirimu mau.
Tapi sayangnya, tak banyak yang tahu kalau di balik perantauan yang katanya keren dan asyik ini ada banyak duka alias cobaan yang harus dihadapi serta dijalani. Cobaan yang kadang membuat kamu si perantau iri dengan orang yang bisa tinggal di kota yang sama bersama orangtua sampai umur yang lebih dari seperempat abad ini. Kadang juga ada rasa-rasa ingin mengakhiri masa perantauan dan kembali ke orangtua.
1. Uang yang pas-pasan, buatmu belajar mengatur pengeluaran sampai cari uang tambahan
Saat tinggal bersama orangtua, kamu tak perlu ikut khawatir soal materi. Tapi tinggal di perantauan, uang yang pas-pasan justru jadi cobaan sering muncul setiap waktunya. Biasanya ini terjadi di pertengahan sampai akhir bulan. Secara di waktu-waktu itu uang bulanan sudah mulai menipis akibat gaya hidup awal bulan yang mirip dengan orang kaya baru. Membeli apapun atau jalan-jalan ke manapun tanpa berpikir panjang. Ada juga yang memang merantau dengan modal bulanan pas-pasan.
2. Sakit tanpa ada yang merawat, saat seperti ini kamu selalu meyakinkan dirimu untuk tetap kuat
Tinggal di sepetak kamar kos membuat kamu paham makna sendiri saat di sekitarmu sebenarnya ada orang lain. Dan itu benar-benar terasa saat kondisi tubuhmu mendadak drop. Kalau di rumah biasanya ada ibu yang merawat dan menjaga. Sementara di kos, kamu harus tetap menyiapkan makan sendiri, sampai berobat pun kadang pergi sendiri saat temanmu sedang sibuk dengan urusan masing-masing.
3. Saat lingkungan mendadak kurang nyaman, seolah mengingatkan kamu untuk berhati-hati dalam pergaulan
Keluarga tetap tempat paling nyaman dan aman sampai kapapun. Tapi sayangnya ketika kamu merantau di kota orang tak ada lagi kehadiran keluarga dalam sehari-hari. Di perantauan yang ada hanya teman dan selebihnya orang-orang yang sekadar kamu kenal saja. Teman pun terkadang tak semuanya bisa diandalkan dan dipercaya. Seperti saat ada kesalahpahaman antara kamu dengan salah satu di antara temanmu, atau saat ada kejadian buruk yang menimpa orang di sekitarmu.
4. Rasa lelah karena mengerjakan apa-apa sendiri, seperti inilah cara menempa dirimu jadi mandiri
Merantau jauh dari rumah membuatmu melakukan apapun seorang diri. Bahkan lebih dari lirik lagu yang dinyanyikan oleh Caca Handika. Kamu harus berbelanja kebutuhan pribadi selama sebulan sendiri. Kamu harus menyetrika baju sendiri. Menyiapkan keperluan kuliah atau kerja tanpa diingitkan lagi oleh ibu seperti dulu saat di rumah.
5. Kabar kurang baik yang datang dari keluarga, di perantauan kamu cuma bisa menenangkan diri dan berdoa
Tiba-tiba ponselmu berdering, dan suara di seberang sana dengan panik mengabarkan ayahmu yang jatuh sakit. Rasanya jantungmu berhenti berdetak. Rasanya juga ingin bisa segera ada di rumah melihat sosok yang selama ini berjuang keras untuk keluarga.
6. Bangun kesiangan yang akhirnya buatmu telat kuliah atau kerja, tapi dari sini kamu belajar lebih sigap
Cobaan yang paling berat itu biasanya datang dari dirimu sendiri, seperti persoalan bangun pagi. Di rumah kamu tak pernah khawatir bangun kesiangan, karena ada ibu yang siap membangunkanmu. Sementara di kos atau asrama, cuma ada alarm HP atau jam weker, yang sayangnya sering tak ampuh membawamu keluar dari alam mimpi. Karena itu, kamu pun dituntut untuk sigap alias mengandalkan alarm dari dirimu sendiri. Kamu tahu kapan harus bangun sekalipun HP atau jam wekermu belum berdering.
7. Sendiri dan mendadak rindu orangtua itu lumrah, toh sebenarnya kamu cuma perlu mengatur kegiatanmu supaya tak merasa kesepian
Mau sejauh apapun kamu pergi dan semenarik apapun kota rantauanmu. Rumah dan keluarga tetaplah tempatmu berpulang. Sebab di sana kamu tak akan merasa sepi meskipun hanya di rumah bertiga dengan ayah dan ibu. Di rumah juga kamu tak akan menghawatirkan apapun. Sedangkan di tanah rantau kamu harus lebih sering menyibukkan diri. Ikut kegiatan ini itu, supaya tak merasa kesepian lantas rindu dengan orangtua atau rumah

Siti Aishah, WNI terlibat Pembunuhan Saudara Petinggi Korea Utara Kim Jong Nam Ternyata Orang Serang Banten, Inilah Orangnya!!!.



..


Perempuan warga negara Indonesia (WNI) bernama Siti Aishah (25), jadi pemberitaan internasional. Siti ditangkap Polisi Diraja Malaysia (PDRM), Kamis (16/2/2017), karena diduga terlibat dalam kasus pembunuhan Kim Jong-Nam, kakak tiri penguasa Korea Utara Kim Jong Un, di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.
Pembunuhan di tempat umum itu menggunakan racun mematikan yang dikemas dalam tabung semprot.

Saat itu, Senin (13/2/2017), Kim Jong-Nam tengah berada di Terminal 2 Bandara Internasional Kuala Lumpur, hendak terbang menuju Macau, Tiongkok.
Polisi Diraja Malaysia kemudian menahan dua perempuan yang terekam kamera CCTV Bandara Internasional Kuala Lumpur.
"Perempuan itu sendirian dan membawa paspor Indonesia pada saat penangkapan," ujar Kepala PDRM, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar, Kamis (16/2/2017).
Menurutnya, berdasarkan data di paspor, Siti berasal dari Serang, Provinsi Banten.
 Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar belum bisa memberikan pernyataan soal penangkapan warga negara Indonesia oleh Malaysia yang diduga terkait pembunuhan Kim Jong Nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Ia mengatakan, keabsahan paspor WNI tersebut harus terlebih dahulu dicek oleh pihak KBRI.
"Kalau proses administrasi, apalagi antar government tentunya adanya korespondensi untuk minta klarifikasi kepada KBRI untuk melakukan pengecekan asal-usul atau keabsahan dari paspor itu," ujar Boy, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (16/2/2017).
Pengecekan dilakukan melalui jalur Imigrasi dan Kementerian Luar Negeri.
Boy mengatakan, proses investigasi yang melibatkan warga negara asing pasti akan dikoordinasikan dengan pihak kedutaan.
Di KBRI Johor, polisi juga menempatkan asesor. Namun, hingga saat ini atase kepolisian belum menerima adanya informasi tersebut.
"Mereka berhak (KBRI) mengecek. Bantuan hukum itu biasanya disediakan oleh KBRI," kata Boy.
Jika benar perempuan yang ditangkap merupakan WNI, maka Polri menghormati proses hukum yang dilakukan negara bersangkutan.
Proses hukum terhadap WNI tersebut merupakan otoritas kedaulatan negara yany menangani.
Hal ini sama seperti sejumlah warga negara asing yang melakukan tindak pidana di Indonesia, seperti pembunuhan dan narkoba.
"Tidak ada yang bisa menghalang-halangi melakukan penegakan hukum itu," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Malaysia telah menangkap seorang perempuan di Bandara Kuala Lumpur terkait dengan pembunuhan Kim Jong Nam, Rabu (15/2/2017).
Yang pertama kali ditangkap yaitu seorang perempuan berpaspor Vietnam bernama Doan Thi Huong (28).
Ia dikenali lewat rekaman CCTV bandara dan dia sedang dalam kondisi sendirian saat ditangkap.
Kemudian, perempuan kedua yang ditangkap bernama Siti Aishah (25) yang memegang paspor Indonesia.
Kepala dinas rahasia Korea Selatan Lee Byung-ho mengatakan, kedua perempuan itu menyerang Kim Jong Nam pada Senin (13/2/2017) saat Kim Jong Nam hendak berangkat ke Makau.
Kepolisian Malaysia menjelaskan, Kim Jong Nam yang diperkirakan berusia 45 tahun, sedang berjalan di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) saat dia diserang.
"Dia mengatakan kepada resepsionis seseorang memegang wajahnya dari belakang dan menyemprotkan cairan kepadanya," kata komandan badan reserse Selangor, Fadzil Ahmat.
"Dia meminta tolong dan langsung dikirim ke klinik bandara. Di sana, dia mengalami pusing dan hampir pingsan," ujar Fadzil.
"Di klinik, korban merasa tidak enak badan. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit Putrajaya tetapi nyawanya tak tertolong," tambah Fadzil.
Sejauh ini, Kepolisian Malaysia masih menggelar penyelidikan dan belum memberikan banyak keterangan.